Senin, 18 Juni 2012

usaha tani ubi jalar


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomea Batatas L.) merupakan salah satu tanaman palawija penting setelah jagung dan ubi kayu, dapat ditanam secara monokultur atau tumpangsari denggan tanaman lainnya, berumur relatif pendek, dan kandungan nutrisi yang relatif tinggi, serta cara perawatan yang tidak begitu rumit tidak seperti pada tanaman-tanaman lain yang membutuhkan perhatian lebih. Maka komoditas ubi jalar layak dikembangkan dan dipertimbangkan dalam menunjanag diversifikasi pangan.
Komoditas ubi jalar juga dapat dimanfaatkakn oleh aneka industri dan pakan ternak serta menjadi sumber devisa yang sangat potensial. Akan tetapi potensi komoditas ini masih belum dikembangkan secara optimal.
Perkembangan luas areal tanam  maupun produksi ubi jalar mengalami fluktuasi karena dipengaruhi oleh harga yang tidak stabil. Harga selalu turun disetiap musim panen juga disebabakan karena adanya serangan hama belong dan tergeser oleh komoditi jenis lain.
Perkembangan usahatani ubi jalar di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Kabupaten Ciamis Tahun 2006 s/d 2010
Tahun
Luas panen (Ha)
Hasil
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
2006
2007
2008
2009
2010
6.555
6.024
6.093
6.593
4.786
161,54
176,46
178,00
160,85
168,80
100.542, 49
106.299, 80
108.489, 50
106.050, 00
80,786,00
618, 57
602,40
609,49
659,30
478,59
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis, Tahun 2010
Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi ubi jalar pada tahun 2006 sebesar  100.542,49 ton, lalu tahun 2007 meningkat menjadi 106.299,80 dan pada tahun 2008 tercatat sebesar 108.489,50 ton. Produksi ubi jalar pada tahun 2009 tercatat sebesar 784.613 ton. Dan produksi ubi jalar pada tahun 2010 Mengalami penurunan yaitu menjadi 80.786,00 ton. Penurunan produksi ubi jalar tahun 2010 disebabkan adanya penurunan luas panen dan produktivitas. Luas panen tahun 2010 menjadi 4.786 hektar, menurun hingga 1.807 hektar dibanding tahun 2009 sebesar 6.593 hektar.
Permintaan ubi jalar sebagian besar (85 persen) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia, sekitar 2 persen untuk pakan ternak, 2,5 persen untuk bahan baku industry dan 10,5 persen hilang karena proses panen dan pasca panen. Keunggulan dari ubi jalar antara lain: tingkat produksi tinggi, dapat bertahan hidup dalam kondisi iklim yang kurang baik, gizinya tinggi. Kandungan gizi pada ubi jalar dibandingkan dengan beras, jagung dan ubi kayu dapat dilihat  pada  tabel 2.

Tabel.2 Kandungan Gizi dan Kalori Beras, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar

Bahan
Kalori (kal)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (SI)
Vit. A (mg)
Vit. C (mg)
Ca
(mg)
Beras
Jagung
Ubi kayu
Ubi jalar
360
361
146
123
78,9
72,4
34,7
27,9
6,8
8,7
1,2
1,2
0,7
4,5
0,3
0,7
0
350
0
7000
0
0
30
20
6
9
33
30
Sumber : Harnowo et al., 1994

Ubi jalar mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan bahan pangan lainnya. Ubi jalar mengandung vitamin A yang jauh lebih tinggi sebesar 7000 SI, sedangkan beras dan ubi kayu tidak mengandung vitamin A dan jagung hanya 350 SI. Kandungan kalori per 100 gram cukup tinggi, yaitu 123 kalori dan dapat memberikan rasa kenyang. Disamping itu, ubi jalar yang direbus merupakan sumber gizi yang cukup baik, yaitu mengandung thiamin (0,09 mg), riboflavin (0,06 mg), niacin (0,6 mg), K (243 mg), P (47 mg), Fe (0,7 mg), dan Ca (32 mg) dibandingkan gizi yang terkandung dalam nasi.
Pada saat ini budidaya ubi jalar sangat mudah dilakukan oleh para petani, dapat ditanam di sawah maupun kebun. Pengembangan potensi ubi jalar pun tersebar di beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Budidaya ubi jalar penting untuk dikembangkan karena dapat menyumbang terhadap pendapatan petani. Dengan demikian penelitian mengenai analisis usahatani yang mempengaruhi produksi ubi jalar menjadi bahan kajian yang penting untuk diteliti.

1.2   Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan yang muncul dalam penelitian adalah:
1.   Berapa besarnya  biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung per hektar per musim tanam ubi jalar?
2.   Bagaimana saluran pemasaran komoditas ubi jalar?
3.   Bagaimana pengolahan ubi jalar agar menghasilkan nilai tambah?

1.3    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1.    Mengetahui besarnya  biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung per hektar per musim tanam ubi jalar.
2.    Mengetahui saluran pemasaran komoditas ubi jalar
3.    Mengetahui bentuk pengolahan ubi jalar untuk menghasilkan nilai tambah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.)
2.1.1 Sejarah Singkat
Ubi jalar atau ketela rambat “sweet potato” berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah.
Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia.
2.1.2 Jenis Tanaman
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti.
Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Baltikabi), Departemen Pertanian. Varietas atau kultivar  atau juga klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan.
Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
b) Berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c) Rasa ubi enak dan manis.
d) Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.
e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
f) Keadaan serat ubi relatif rendah
2.1.3 Manfaat Tanaman
Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun.
Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:
a) Daun: sayuran, pakan ternak
b) Batang: bahan tanam,pakan ternak
c) Kulit ubi: pakan ternak
d) Ubi segar: bahan makanan
e) Tepung: makanan
f) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat
2.1.4 Syarat Pertumbuhan
a. Iklim
-       Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
-       Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
-       Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun
b. Media Tanam
-       Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol
-       Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan kelembaban tanah yang cukup
-       Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.

2.2 Budidaya Ubi Jalar
2.2.1 Persiapan Lahan
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi. Persiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman ubi jalar yaitu dengan cara diolah terlebih dahulu hingga gembur, karena dapat membantu perkembangan akar dan pertumbuhan umbi. Pengolahan tanah ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, setelah itu tanah dibiarkan selama satu minggu agar terkena sinar matahari. Pembajakan dan pembalikan tanah bertujuan memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah, memusnahkan hama penyakit di dalam tanah dan menghilangkan gas-gas beracun yang berada dalam tanah.
Petani yang menggunakan lahan kering (tegalan) biasanya melakukan pembajakan secara langsung tanpa dilakukan pembersihan rumput, sedangkan pada kondisi lahan basah bekas tanaman padi maka harus dilakukan pembersihan jerami dengan cara dibabat sebatas permukaan tanah.
b. Pembuatan Guludan
ukuran guludan adalah lebar bawah kurang lebih 60 centimeter, tinggi 30-40 centimeter dan jarak antar guludan 70-100 centimeter dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Ukuran guludan tidak boleh  melebihi 40 centimeter, karena guludan yang terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam, sehingga sulit dipanen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi dan memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
Arah bedengan yaitu memanjang utara-selatan, bedengan dibuat membujur ke arah timur-barat agar cahaya matahari dapat menyebar secara merata, sehingga dapat diterima oleh semua tanaman. Setelah selesai pembuatan bedengan tanah dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan agar terangin-angin terkena sinar matahari, kemudian dilakukan penggemburan kembali dengan dicangkul tipis.
c. Pengapuran
Tanah yang memliki keasaman (pH) kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan menggunakan kapur dolomite atau kalsium karbonat dengan cara disebar merata ke seluruh permukaan tanah dan dilakukan pengolahan secara ringan dengan tujuan agar kapur merata di dalam tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari tergantung pada kondisi tanah. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan kegiatan jasad renik tanah dalam menguraikan bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, dan meningkatkan unsur fosfor (P), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
d. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar yaitu dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang untuk menambah bahan organik dalam tanah
2.2.2 Persiapan Bibit
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan setek batang atau setek pucuk. Pada umumnya petani melakukan pembiakan tanaman ubi jalar dengan setek pucuk yang berasal dari penunasan umbi. Bibit yang paling bagus adalah berasal dari setek pucuk. Setek batang yang diambil pada bagian tengah biasanya tumbuh relatif lambat dan ubi jalar yang dihasilkan rendah. Syarat setek batang, setek pucuk dan setek umbi yang dijadikan bibit adalah sebagai berikut:
a.       Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b.      Bahan tanaman berumur dua bulan atau lebih.
c.       Pertumbuhan tanaman yang diambil seteknya dalam keadaan sehat dan normal
d.      Ukuran panjang setek batang atau setek pucuk antara 20-30 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e.       Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
2.2.3 Penanaman
Penanaman ubi jalar perlu memperhatikan pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam, cara penanaman dan penentuan waktu tanam. Waktu tanam biasa dilakukan petani pada awal musim hujan (Oktober) atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal untuk penanaman di lahan tegalan.
Jarak tanam yang ideal adalah 100x25 centimeter atau 75x30 centimeter. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama penyakit karena kondisi tanaman lembab, tanaman tumbuh kurus. Jarak tanam yang terlalu jauh menyebabkan penggunaan lahan kurang efektif sehingga secara ekonomi kurang menguntungkan. Pada umumnya sistem penanaman ubi jalar oleh petani dilakukan secara monokultur (tunggal), yaitu dengan menanam ubi jalar saja.
2.2.4 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap normal dan sehat, sehingga menghasilkan umbi dalam jumlah banyak dan berkualitas baik. Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang harus dilakukan antara lain adalah:
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang kerdil, kurus, rusak atau mati dengan bibit yang baru. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit baru dengan ditanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah.
b. Pengairan
Waktu pengairan biasa dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan tujuan untuk membantu menstabilkan kelembaban tanah, melarutkan pupuk dalam tanah, membersihkan tanah dari bahan-bahan beracun, menekan pertumbuhan gulma dan menekan hama boleng.
c. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukam dengan membersihkan gulma atau rumput yang berada di sekitar tanaman ubi jalar. Penyiangan dilakukan pada saat rumput masih muda supaya tidak merusak akar tanaman ubi jalar. Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan dan meninggikan permukaan tanah di sekitar tanaman. Biasanya petani melakukan penyiangan dan pembumbunan secara bersamaan pada saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam dan dilakukan kembali pada saat tanaman berumur dua bulan. Penyiangan pun dilakukan bersamaan pada waktu pembalikan batang.
d.   Pemupukan
            Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
            Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
            Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
e. Pembalikan batang
Pembalikan batang pada tanaman ubi jalar dilakukan dengan tujuan untuk mencegah tumbuhnya umbi pada setiap ruas batang yang menempel pada tanah. Umbi pada ruas batang tersebut berukuran kecil dan tidak dikonsumsi, disamping mempengaruhi besar umbi utamanya.
f. Pengendalian hama dan penyakit
komponen pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu antara lain, secara kultur teknis dengan mengatur waktu tanam yang tepat, rotasi tanaman. Secara fisik dan mekanis dengan memotong atau mencabut tanaman yang terserang hama penyakit. Dan secara kimiawi dengan menyemprotkan pestisida secara selektif. Hama yang sering menyerang ubi jalar adalah hama boleng atau lanas akibat ulat. Petani mengatasi hama boleng atau lanas dengan penyemprotan insektisida seperti Decis 2,5 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan.
2.2.5 Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbi-umbinya sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain adalah bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang dipanen pada waktu berumur 4,5-5 bulan.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan, dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari 4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan memberikan kenaikan hasil ubi.
2.2.6 Pasca Panen
a. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan
b. Penyortiran
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam atau garisgaris pada daging umbi.
c. Penyimpanan
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah sebagai berikut
-          Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3 hari.
-          Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
-          Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup
Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30 derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.

2.3 Analisis Usahatani ubi jalar
2.3.1 Analisis Biaya
            Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu kali proses produksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan sifatnya habis dalam satu kali proses produksi. Rata-rata biaya produksi usahatani ubi jalar per hektar per satu kali musim tanam untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.  Rata-rata Biaya Produksi pada Usahatani Ubi Jalar per Hektar per Satu Kali Musim Tanam Tahun 2010                       
No
Komponen Biaya
Jumlah Biaya
(Rupiah)
1
Biaya Tetap :
-PBB
-Penyusutan Alat
-Bunga Modal (8%)
Biaya Tetap Total

150.000
96.250
19.700
265.950
2
Biaya Variabel :
Sarana Produksi
- Benih
- Urea
- TSP
- KCL
- Pupuk Kandang
- Pestisida
- Karung
Jumlah Biaya Sarana Produksi
- Tenaga Kerja
- Bunga Modal 8%
Biaya Variabel Total


500.000
  440.000
 117.500
260.000
 100.000  
100.000
160.000
1.677.500
5.060.000
539.000
7.276.500

Biaya Total
7.542.450

Biaya tetap yang dihitung dalam usahatani ubi jalar meliputi PBB ( Pajak Bumi Bangunan), penyusutan alat dan bunga modal. Rata-rata besarnya biaya tetap adalah Rp. 265.950  per hektar per satu kali musim tanam. Sedangkan biaya variabel yang dihitung meliputi biaya sarana produksi, tenaga kerja, dan bunga modal besarnya biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani  ubi jalar adalah Rp. 7.276.500 dan biaya total adalah penjumlahan biaya variabel dengan biaya tetap sehingga biaya totalnya adalah  Rp. 7.542.450.

2.3.2 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar
            Penerimaan diperoleh dari jumlah seluruh  produk ubi jalar yang dihasilkan dikalikan dengan harga satuan, hasil penelitian penerimaan yang diperoleh oleh petani dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Produksi, Harga Jual dan Penerimaan pada Usahatani Ubi Jalar per Satu kali Proses Produksi per Hektar per Satu Kali Musim Tanam Tahun 2010
No
Uraian
Satuan
Jumlah
1
Produksi
Kg
11.000
2
Harga Jual
Rp/Kg
1.850
3
Penerimaan
Rp
20.350.000

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata produksi ubi jalar per hektar per satu kali musim tanam adalah 11.000 kg dengan harga jual ubi jalar adalah Rp. 1.850 per kilogram, maka penerimaan usahatani ubi jalar adalah Rp. 20.350.000
2.3.3 Pendapatan Usahatani Ubi Jalar
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi total. Pendapatan ushatani ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Produksi Harga Jual dan Penerimaan pada Usahatani ubi  jalar per Satu kali Proses  Produksi per Hektar per Satu Kali Musim Tahun 2010
No
Uraian
Jumalah
(Rp)
1
Penerimaan
20.350.000
2
Biaya Total
7.542.450
3
Pendapatan
12.807.550

            Berdasarkan Tabel 5 besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.     7.542.450 dan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 20.350.000 sehingga pendapatan petani dari usahatani ubi jalar adalah sebesar Rp. 12.807.550.  
2.4  Saluran Pemasaran Ubi Jalar
Saluran pemasaran merupakan jembatan antara petani dengan konsumen akhir yang melalui berbagai tingkatan lembaga pemasaran. Saluran pemasaran yang dilalui sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran produksi ubi jalar. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran ubi jalar dari petani sampai ke tangan konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar, serta pedagang pengecer.
Berdasarkan hasil penelitian pemasaran ubi jalar di Kabupaten Ciamis rata-rata terdiri dari tiga saluran pemasaran seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut ini :
saluran pemasaran 1, ubi jalar sebelum sampai kepada konsumen terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul, kemudian melalui pedagang besar dan pedagang eceran. Pada saluran pemasaran 2 ubi jalar dijual kepada konsumen melalui pedagang pengumpul kemudian kepada pedagang besar. Dan pada saluran 3, ubi jalar yang dijual petani kepada konsumen terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul.
2.5 Pengolahan Ubi Jalar
Produksi ubi jalar sangat melimpah saat musim panen raya. Berdasarkan hukum ekonomi nilai jual komoditas ini akan menurun, karena supply akan lebih besar daripada demand. Untuk itu perlu dilakukan terobosan agar nilai jual komoitas ini tetap stabil sepanjang tahun.
Sampai saat ini pemanfaatan ubi jalar masih terbatas sebagai bahan pangan yang dikonsumsi secara langsung, Melalui diversifikasi produk menjadi produk olahan pangan seperti kue basah, kue kering, keripik dan lain-lain, pemasaran ubi jalar dapat sedikit diperluas. Akan tetapi, potensi ubi jalar dapat lebih dikembangkan lagi apabila produk ini dapat diolah menjadi bahan setengah jadi atau bahan baku bagi industri lain.
Produk-produk ini lebih memiliki nilai ekonomis karena dapat memiliki umur simpan yang relative lebih baik dari ubijalar segar atau produk olahan pangan. Selain itu juga dapat memiliki pangsa pasar yang jauh lebih besar karena dapat diperdagangkan antar propinsi bahkan sebagai komoditas ekspor. Akan tetapi untuk dapat mengolah ubijalar menjadi produk-produk ini diperlukan teknologi pengolahan dan alat pengolah yang tepat.
Beberapa industri di daerah sentra penghasil ubijalar telah mulai mengolah ubi jalar menjadi tepung. Tepung ubijalar dapat dimanfaaatkan sebagai bahan baku bagi pembuatan kue kering, kue basah, mi, bahan aditif dan lain-lain. Pembuatan tepung ubijalar ini sangat prospektif, mengingat tepung ubijalar dapat dijadikan sebagai bahan substitusi tepung terigu yang masih merupakan produk impor.
2.5.1 Tepung Ubi
Beberapa industri di daerah sentra penghasil ubi jalar telah mulai mengolah ubi jalar menjadi tepung. Tepung ubijalar dapat dimanfaaatkan sebagai bahan baku bagi pembuatan kue kering, kue basah, mie, bahan aditif dan lain-lain. Pembuatan tepung ubijalar ini sangat prospektif, mengingat tepung ubijalar dapat dijadikan sebagai bahan substitusi tepung terigu yang masih merupakan produk impor.
2.5.2 Proses Pembuatan Tepung Ubi
Proses pembuatan tepung ubi meliputi:
1.      Pengupasan dan dipotong-potong seperti keripik (penyawutan)
2.      Di rendam dengan larutan sodium bisulfit
3.      Pengepresan
4.      Pengeringan kadar air sampai 12-14%, dapat dilakukan dengan dijemur dibawah sinar matahari atau menggunakan mesin pengering
5.      Sawut yang sudah kering dihaluskn menjadi tepung menggunakan mesin tepung, kemudian diayak.
2.6 Strategi dan Kebijakan Produksi Ubi Jalar
Strategi pengembangan produksi ubi jalar mencakup strategi pada subsistem hulu, subsistem produksi, subsistem hilir, dan subsistem penunjang. Pengembangan uubi jalar dapat berhasil apabila didukung dengan kebijakan. Dengan adanya kebijakan diharapkan dapat mencapai sasaran pembangunan produksi ubi jalar.
 Pembangunan tanaman pangan merupakan tugas yang menantang karena sangat dinamis. Adanya perubahan iklim dan cuaca akan memicu masyarakat tani bergerak mencari benih, pupuk dan sarana  penunjang lainnya, meskipun itu diluar rencana dan pola tanam.
Dukungan kebijakan yang diperlukan antara lain adalah:
1.    Pembinaan organisasi petani dan keterampilan SDM petani.
2.    Memberikan penyuluhan teknologi inovasi dan kelembagaan yang berkaitan dengan budidaya, peningkatan produktivitas, optimalisasi lahan dan pengolahan hasil industri.
3.    Membantu petani ubi jalar dalam mengakses permodalan, dengan adanya kelembagaan jasa permodalan, seperti koperasi atau kemitraan yang memberi pinjaman modal kepada petani dengan bunga rendah tanpa agunan.
4.    Kelembagaan untuk menjamin ketersediaan dan kualitas benih, perlu dibangun
5.    Dibangunya infrastruktur pertanian secara umum, seperti  pembukaan lahan, pembuatan jalan dan fasilitas lainnya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut
  1. Usahatani ubi jalar per hektar per musim tanam mengeluarkan biaya produksi, besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.542.450 dan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 20.350.00 sehingga pendapatan petani dari usahatani ubi jalar adalah sebesar Rp. 12.807.550.
  2. Dalam pemasaran ubi jalar rata-rata menggunakan tiga saluran pemasaran komoditas ubi jalar, yaitu :
                         I.          Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer - Konsumen.
                       II.          Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar - Konsumen
                     III.          Petani - Pedagang Pengumpul -  Konsumen
3.      Besarnya potensi pengembangan agrondustri tepung ubi jalar merupakan modal dasar bagi pembangunan agroindustri ubi jalar secara lebih konkrit.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diberikan adalah
1.      Petani disarankan selain sebagai pelaku produksi ubi jalar, petani juga harus berperan sebagai pelaku tataniaga. Karena hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan petani.
2.      Petani sebaiknya selain menjual ubi jalar dalam bentuk bahan baku, petani juga menjual ubi jalar dalam bentuk yang sudah diolah menjadi berbagai produk jadi atau setengah jadi, seperti tepung ubi yang dimanfaatkan sebagai bahan baku industri, sehingga mempunyai nilai tambah.

DAFTAR PUSTAKA


Asmarantaka, Ratna W. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian dalam Bungai Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Editor Nunung Kusnadi, dkk. IPB Press Bogor.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis. 2010. Luas Panen, Hasil Dan Produksi Jagung Kabupaten Ciamis
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang. (UMM Press). Malang.
Lies, suprapti. 2003. Teknologi Tepat Guna Dalam Budidaya dan Teknologi Pengolahan Pangan Tepung Ubi Jalar. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Najiyati, Sri. 1998. Palawija: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Jakarta. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1997. Ubi jalar: Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Taufik. 2011. Analisis Tataniaga Ubi Jalar ( Ipomea Batatas L. ) http://taufikhdayat.blogspot.com/2011/12/analisis-tataniaga-ubi-jalar-ipomoea.html 10 April 2012
Poleng. 2011. Cara Budidaya Tanaman Pangan Ubi Jalar http://budidayanews.blogspot.com/2011/07/cara-budidaya-ubi-jalar.html 10 April 2012
Rinrin, jamrianti. 2007. Usaha Kecil Menengah Ubi Jalar http://usahakecilmenengah.multiply.com/tag/ubi%20jalar 10 April 2012