BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi
jalar (Ipomea Batatas L.) merupakan
salah satu tanaman palawija penting setelah jagung dan ubi kayu, dapat ditanam
secara monokultur atau tumpangsari denggan tanaman lainnya, berumur relatif
pendek, dan kandungan nutrisi yang relatif tinggi, serta cara perawatan yang
tidak begitu rumit tidak seperti pada tanaman-tanaman lain yang membutuhkan
perhatian lebih. Maka komoditas ubi jalar layak dikembangkan dan
dipertimbangkan dalam menunjanag diversifikasi pangan.
Komoditas
ubi jalar juga dapat dimanfaatkakn oleh aneka industri dan pakan ternak serta
menjadi sumber devisa yang sangat potensial. Akan tetapi potensi komoditas ini
masih belum dikembangkan secara optimal.
Perkembangan
luas areal tanam maupun produksi ubi
jalar mengalami fluktuasi karena dipengaruhi oleh harga yang tidak stabil.
Harga selalu turun disetiap musim panen juga disebabakan karena adanya serangan
hama belong dan tergeser oleh komoditi jenis lain.
Perkembangan
usahatani ubi jalar di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Perkembangan Luas Tanam Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Kabupaten
Ciamis Tahun 2006 s/d 2010
Tahun
|
Luas panen (Ha)
|
Hasil
(Ha)
|
Produksi
(Ton)
|
Produktivitas
(Ton/Ha)
|
2006
2007
2008
2009
2010
|
6.555
6.024
6.093
6.593
4.786
|
161,54
176,46
178,00
160,85
168,80
|
100.542, 49
106.299, 80
108.489, 50
106.050, 00
80,786,00
|
618, 57
602,40
609,49
659,30
478,59
|
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Ciamis, Tahun 2010
Tabel 1 menunjukkan
bahwa produksi ubi jalar pada tahun 2006 sebesar 100.542,49 ton, lalu tahun 2007 meningkat
menjadi 106.299,80 dan pada tahun 2008 tercatat sebesar 108.489,50 ton.
Produksi ubi jalar pada tahun 2009 tercatat sebesar 784.613 ton. Dan produksi
ubi jalar pada tahun 2010 Mengalami penurunan yaitu menjadi 80.786,00 ton. Penurunan
produksi ubi jalar tahun 2010 disebabkan adanya penurunan luas panen dan
produktivitas. Luas panen tahun 2010 menjadi 4.786 hektar, menurun hingga 1.807 hektar dibanding tahun 2009 sebesar 6.593 hektar.
Permintaan ubi jalar
sebagian besar (85 persen) untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia, sekitar 2
persen untuk pakan ternak, 2,5 persen untuk bahan baku industry dan 10,5 persen
hilang karena proses panen dan pasca panen. Keunggulan dari ubi jalar antara
lain: tingkat produksi tinggi, dapat bertahan hidup dalam kondisi iklim yang
kurang baik, gizinya tinggi. Kandungan gizi pada ubi jalar dibandingkan dengan
beras, jagung dan ubi kayu dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel.2
Kandungan Gizi dan Kalori Beras, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar
Bahan
|
Kalori (kal)
|
Karbohidrat (g)
|
Protein (g)
|
Lemak (SI)
|
Vit. A (mg)
|
Vit. C (mg)
|
Ca
(mg)
|
Beras
Jagung
Ubi kayu
Ubi jalar
|
360
361
146
123
|
78,9
72,4
34,7
27,9
|
6,8
8,7
1,2
1,2
|
0,7
4,5
0,3
0,7
|
0
350
0
7000
|
0
0
30
20
|
6
9
33
30
|
Sumber : Harnowo
et al., 1994
Ubi
jalar mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap dibandingkan bahan pangan
lainnya. Ubi jalar mengandung vitamin A yang jauh lebih tinggi sebesar 7000 SI,
sedangkan beras dan ubi kayu tidak mengandung vitamin A dan jagung hanya 350
SI. Kandungan kalori per 100 gram cukup tinggi, yaitu 123 kalori dan dapat
memberikan rasa kenyang. Disamping itu, ubi jalar yang direbus merupakan sumber
gizi yang cukup baik, yaitu mengandung thiamin (0,09 mg), riboflavin (0,06 mg),
niacin (0,6 mg), K (243 mg), P (47 mg), Fe (0,7 mg), dan Ca (32 mg)
dibandingkan gizi yang terkandung dalam nasi.
Pada
saat ini budidaya ubi jalar sangat mudah dilakukan oleh para petani, dapat
ditanam di sawah maupun kebun. Pengembangan potensi ubi jalar pun tersebar di
beberapa Kabupaten di Jawa Barat. Budidaya ubi jalar penting untuk dikembangkan
karena dapat menyumbang terhadap pendapatan petani. Dengan demikian penelitian
mengenai analisis usahatani yang mempengaruhi produksi ubi jalar menjadi bahan
kajian yang penting untuk diteliti.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun
permasalahan yang muncul dalam penelitian adalah:
1. Berapa besarnya
biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung per hektar per musim
tanam
ubi jalar?
2. Bagaimana saluran pemasaran komoditas
ubi jalar?
3. Bagaimana pengolahan ubi jalar agar
menghasilkan nilai tambah?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk :
1. Mengetahui
besarnya biaya,
penerimaan dan pendapatan usahatani jagung per hektar per musim tanam
ubi jalar.
2. Mengetahui saluran pemasaran
komoditas ubi jalar
3. Mengetahui
bentuk pengolahan ubi jalar untuk menghasilkan nilai tambah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tanaman Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.)
2.1.1
Sejarah Singkat
Ubi jalar
atau ketela rambat “sweet potato” berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani
dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru,
Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli
botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah
Amerika Tengah.
Ubi jalar
mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada
abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama
Filipina, Jepang, dan Indonesia.
2.1.2 Jenis Tanaman
Plasma nutfah (sumber genetik)
tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000
jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti.
Lembaga penelitian yang menangani
ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro
International de La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi
jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Baltikabi), Departemen
Pertanian. Varietas atau kultivar atau
juga klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak,
antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng, gedang,
tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan
kalasan.
Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) Berdaya
hasil tinggi, di atas 30 ton/hektar.
b) Berumur
pendek (genjah) antara 3-4 bulan.
c) Rasa ubi
enak dan manis.
d) Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh
cendawan Elsinoe sp.
e) Kadar
karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram.
f) Keadaan
serat ubi relatif rendah
2.1.3 Manfaat Tanaman
Di beberapa
daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok.
Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan
penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini
mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman
ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun.
Ubi jalar
dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan. Beberapa peluang
penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:
a) Daun: sayuran, pakan ternak
b) Batang: bahan tanam,pakan ternak
c) Kulit ubi: pakan ternak
d) Ubi segar: bahan makanan
e) Tepung: makanan
f) Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat
2.1.4 Syarat Pertumbuhan
a.
Iklim
-
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara
yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah
yang bersuhu 21-27 derajat C.
-
Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari
merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk
usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering
(tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim
hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi
dipanen.
-
Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah
hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun
b. Media
Tanam
-
Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk
membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung,
gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi
jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada
tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi
benjol
-
Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda
memerlukan kelembaban tanah yang cukup
-
Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah
bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman
membutuhkan tanah yang cukup lembab. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim
kemarau harus tersedia air yang memadai.
2.2 Budidaya Ubi Jalar
2.2.1
Persiapan Lahan
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah
bekas tanaman padi. Persiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman ubi jalar yaitu dengan cara
diolah terlebih dahulu hingga gembur, karena dapat membantu perkembangan akar
dan pertumbuhan umbi. Pengolahan tanah ini dilakukan dengan menggunakan
cangkul, setelah itu tanah dibiarkan selama satu minggu agar terkena sinar
matahari. Pembajakan dan pembalikan tanah bertujuan memperbaiki sirkulasi udara
dalam tanah, memusnahkan hama penyakit di dalam tanah dan menghilangkan gas-gas
beracun yang berada dalam tanah.
Petani
yang menggunakan lahan kering (tegalan) biasanya melakukan pembajakan secara
langsung tanpa dilakukan pembersihan rumput, sedangkan pada kondisi lahan basah
bekas tanaman padi maka harus dilakukan pembersihan jerami dengan cara dibabat
sebatas permukaan tanah.
b. Pembuatan Guludan
ukuran
guludan adalah lebar bawah kurang lebih 60 centimeter, tinggi 30-40 centimeter
dan jarak antar guludan 70-100 centimeter dan panjangnya disesuaikan dengan
kondisi lahan. Ukuran guludan tidak boleh melebihi 40 centimeter, karena guludan yang
terlalu tinggi cenderung menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan
dalam, sehingga sulit dipanen. Sebaliknya, guludan yang terlalu dangkal akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan atau perkembangan ubi dan memudahkan
serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
Arah
bedengan yaitu memanjang utara-selatan, bedengan dibuat membujur ke arah
timur-barat agar cahaya matahari dapat menyebar secara merata, sehingga dapat
diterima oleh semua tanaman. Setelah selesai pembuatan bedengan tanah dibiarkan
selama satu minggu dengan tujuan agar terangin-angin terkena sinar matahari,
kemudian dilakukan penggemburan kembali dengan dicangkul tipis.
c. Pengapuran
Tanah
yang memliki keasaman (pH) kurang dari 5,5 perlu dilakukan pengapuran dengan
menggunakan kapur dolomite atau kalsium karbonat dengan cara disebar merata ke
seluruh permukaan tanah dan dilakukan pengolahan secara ringan dengan tujuan
agar kapur merata di dalam tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari tergantung pada
kondisi tanah. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan kegiatan jasad renik
tanah dalam menguraikan bahan organik tanah, meningkatkan ketersediaan unsur
hara dalam tanah, dan meningkatkan unsur fosfor (P), kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg).
d. Pemupukan Dasar
Pemupukan
dasar yaitu dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang untuk menambah
bahan organik dalam tanah
2.2.2
Persiapan Bibit
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan
biji dan secara vegetatif dengan setek batang atau setek pucuk. Pada umumnya petani
melakukan pembiakan tanaman ubi jalar dengan setek pucuk yang berasal dari
penunasan umbi. Bibit yang paling bagus adalah berasal dari setek pucuk. Setek
batang yang diambil pada bagian tengah biasanya tumbuh relatif lambat dan ubi
jalar yang dihasilkan rendah. Syarat setek batang, setek pucuk dan setek umbi
yang dijadikan bibit adalah sebagai berikut:
a. Bibit
berasal dari varietas atau klon unggul.
b. Bahan
tanaman berumur dua bulan atau lebih.
c. Pertumbuhan
tanaman yang diambil seteknya dalam keadaan sehat dan normal
d. Ukuran
panjang setek batang atau setek pucuk antara 20-30 cm, ruas-ruasnya rapat dan
buku-bukunya tidak berakar.
e. Mengalami
masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
2.2.3
Penanaman
Penanaman ubi jalar perlu memperhatikan pengaturan waktu
tanam, pengaturan jarak tanam, cara penanaman dan penentuan waktu tanam. Waktu
tanam biasa dilakukan petani pada awal musim hujan (Oktober) atau awal musim
kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal untuk penanaman di lahan tegalan.
Jarak tanam yang ideal adalah 100x25 centimeter atau 75x30
centimeter. Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan tanaman mudah terserang
hama penyakit karena kondisi tanaman lembab, tanaman tumbuh kurus. Jarak tanam
yang terlalu jauh menyebabkan penggunaan lahan kurang efektif sehingga secara
ekonomi kurang menguntungkan. Pada umumnya sistem penanaman ubi jalar oleh
petani dilakukan secara monokultur (tunggal), yaitu dengan menanam ubi jalar
saja.
2.2.4
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga pertumbuhan
tanaman agar tetap normal dan sehat, sehingga menghasilkan umbi dalam jumlah
banyak dan berkualitas baik. Pemeliharaan tanaman ubi jalar yang harus dilakukan
antara lain adalah:
a.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang kerdil,
kurus, rusak atau mati dengan bibit yang baru. Cara menyulam adalah dengan
mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit baru dengan ditanam
sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah.
b.
Pengairan
Waktu pengairan biasa dilakukan pada pagi hari atau sore
hari. Pengairan dilakukan dengan tujuan untuk membantu menstabilkan kelembaban
tanah, melarutkan pupuk dalam tanah, membersihkan tanah dari bahan-bahan
beracun, menekan pertumbuhan gulma dan menekan hama boleng.
c.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukam dengan membersihkan gulma atau rumput
yang berada di sekitar tanaman ubi jalar. Penyiangan dilakukan pada saat rumput
masih muda supaya tidak merusak akar tanaman ubi jalar. Pembumbunan dilakukan
untuk menggemburkan dan meninggikan permukaan tanah di sekitar tanaman. Biasanya
petani melakukan penyiangan dan pembumbunan secara bersamaan pada saat tanaman
berumur satu bulan setelah tanam dan dilakukan kembali pada saat tanaman berumur
dua bulan. Penyiangan pun dilakukan bersamaan pada waktu pembalikan batang.
d.
Pemupukan
Zat hara yang terbawa atau terangkut
pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg
urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada
tingkat hasil 15 ton ubi basah. Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara
yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara
bagi tanaman.
Dosis
pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah
setempat. Dosis pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200
kg urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (±100
kg KCl/ha).
Pemupukan
dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal. Pemupukan dengan
sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh
7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara
merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
e. Pembalikan
batang
Pembalikan batang pada tanaman ubi jalar dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah tumbuhnya umbi pada setiap ruas batang yang menempel pada
tanah. Umbi pada ruas batang tersebut berukuran kecil dan tidak dikonsumsi,
disamping mempengaruhi besar umbi utamanya.
f.
Pengendalian hama dan penyakit
komponen pengendalian hama dan penyakit tanaman secara
terpadu antara lain, secara kultur teknis dengan mengatur waktu tanam yang
tepat, rotasi tanaman. Secara fisik dan mekanis dengan memotong atau mencabut
tanaman yang terserang hama penyakit. Dan secara kimiawi dengan menyemprotkan
pestisida secara selektif. Hama yang sering menyerang ubi jalar adalah hama
boleng atau lanas akibat ulat. Petani mengatasi hama boleng atau lanas dengan penyemprotan
insektisida seperti Decis 2,5 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan.
2.2.5
Panen
Tanaman ubi jalar dapat dipanen bila umbi-umbinya
sudah tua (matang fisiologis). Ciri fisik ubi jalar matang, antara lain adalah
bila kandungan tepungnya sudah maksimum, ditandai dengan kadar serat yang
rendah dan bila direbus (dikukus) rasanya enak serta tidak berair.
Penentuan waktu panen ubi jalar didasarkan atas umur
tanaman. Jenis atau varietas ubi jalar berumur pendek (genjah) dipanen pada
umur 3-3,5 bulan, sedangkan varietas berumur panjang dipanen pada waktu berumur
4,5-5 bulan.
Panen ubi jalar yang ideal dimulai pada umur 3 bulan,
dengan penundaan paling lambat sampai umur 4 bulan. Panen pada umur lebih dari
4 bulan, selain resiko serangan hama boleng cukup tinggi, juga tidak akan
memberikan kenaikan hasil ubi.
2.2.6
Pasca Panen
a. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup
strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan
b. Penyortiran
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat
dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi jalar
dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat.
Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari
kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya
umbi serta bercak hitam atau garisgaris pada daging umbi.
c. Penyimpanan
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan
untuk mempertahankan daya simpan. Penyimpanan ubi yang paling baik dilakukan
dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu
adalah sebagai berikut
-
Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang
berlantai kering selama 2-3 hari.
-
Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau
gudang yang kering, sejuk, dan peredaran udaranya baik.
-
Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan
pasir kering atau abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup
Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan
daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang mengalami proses penyimpanan
dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak bila
dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam
penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik, tidak ada yang
rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30
derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.
2.3 Analisis Usahatani ubi jalar
2.3.1 Analisis Biaya
Biaya
tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu kali proses produksi, sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi dan sifatnya habis dalam satu kali proses produksi.
Rata-rata biaya produksi usahatani ubi
jalar per hektar per satu kali musim
tanam untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Biaya Produksi pada Usahatani Ubi Jalar
per Hektar per Satu Kali Musim Tanam Tahun 2010
No
|
Komponen Biaya
|
Jumlah Biaya
(Rupiah)
|
1
|
Biaya Tetap :
-PBB
-Penyusutan Alat
-Bunga Modal (8%)
Biaya Tetap Total
|
150.000
96.250
19.700
265.950
|
2
|
Biaya
Variabel :
Sarana
Produksi
- Benih
- Urea
- TSP
- KCL
- Pupuk Kandang
- Pestisida
- Karung
Jumlah
Biaya Sarana Produksi
-
Tenaga Kerja
-
Bunga Modal 8%
Biaya Variabel Total
|
500.000
440.000
117.500
260.000
100.000
100.000
160.000
1.677.500
5.060.000
539.000
7.276.500
|
Biaya Total
|
7.542.450
|
Biaya tetap yang
dihitung dalam usahatani ubi jalar meliputi PBB ( Pajak Bumi Bangunan), penyusutan alat dan
bunga modal. Rata-rata besarnya biaya tetap adalah Rp. 265.950 per hektar per satu kali
musim tanam. Sedangkan biaya variabel yang dihitung meliputi biaya sarana
produksi, tenaga kerja, dan bunga modal besarnya biaya variabel yang
dikeluarkan oleh petani ubi jalar adalah Rp. 7.276.500 dan biaya total adalah penjumlahan biaya variabel dengan biaya
tetap sehingga biaya totalnya adalah Rp.
7.542.450.
2.3.2 Penerimaan Usahatani Ubi
Jalar
Penerimaan diperoleh dari jumlah
seluruh produk ubi jalar yang dihasilkan
dikalikan dengan harga satuan, hasil penelitian penerimaan yang diperoleh oleh
petani dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4.
Rata-rata Produksi, Harga Jual dan Penerimaan
pada Usahatani Ubi Jalar per Satu kali Proses Produksi per Hektar per Satu Kali
Musim Tanam Tahun 2010
No
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
1
|
Produksi
|
Kg
|
11.000
|
2
|
Harga
Jual
|
Rp/Kg
|
1.850
|
3
|
Penerimaan
|
Rp
|
20.350.000
|
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata produksi ubi
jalar per hektar per satu kali musim
tanam adalah 11.000
kg dengan harga jual ubi jalar adalah Rp. 1.850 per kilogram, maka penerimaan usahatani ubi
jalar adalah Rp. 20.350.000
2.3.3 Pendapatan Usahatani Ubi Jalar
Pendapatan adalah
selisih antara penerimaan dengan biaya produksi total. Pendapatan ushatani
ubi jalar dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel
5. Rata-rata
Produksi Harga Jual dan Penerimaan pada Usahatani ubi jalar per Satu kali Proses Produksi per Hektar per Satu Kali Musim
Tahun 2010
No
|
Uraian
|
Jumalah
(Rp)
|
1
|
Penerimaan
|
20.350.000
|
2
|
Biaya
Total
|
7.542.450
|
3
|
Pendapatan
|
12.807.550
|
Berdasarkan Tabel 5 besarnya biaya
yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.542.450
dan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 20.350.000 sehingga pendapatan petani dari
usahatani ubi jalar adalah sebesar Rp. 12.807.550.
2.4 Saluran Pemasaran
Ubi
Jalar
Saluran pemasaran merupakan jembatan antara petani dengan
konsumen akhir yang melalui berbagai tingkatan lembaga pemasaran. Saluran
pemasaran yang dilalui sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang diterima
oleh masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran produksi ubi
jalar. Lembaga pemasaran yang
terlibat dalam pemasaran ubi jalar dari petani sampai ke tangan konsumen akhir adalah
pedagang pengumpul, pedagang besar, serta pedagang pengecer.
Berdasarkan hasil penelitian pemasaran
ubi jalar di Kabupaten Ciamis rata-rata terdiri
dari tiga saluran pemasaran seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut ini :
saluran pemasaran 1, ubi
jalar sebelum sampai kepada konsumen
terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul, kemudian melalui pedagang
besar dan pedagang eceran.
Pada saluran pemasaran 2 ubi jalar dijual kepada konsumen melalui pedagang
pengumpul kemudian kepada pedagang besar. Dan pada saluran 3, ubi jalar yang
dijual petani kepada konsumen terlebih dahulu melalui pedagang pengumpul.
2.5
Pengolahan Ubi Jalar
Produksi
ubi jalar sangat melimpah saat musim panen raya. Berdasarkan hukum ekonomi
nilai jual komoditas ini akan menurun, karena supply akan lebih besar
daripada demand. Untuk itu perlu dilakukan terobosan agar nilai jual
komoitas ini tetap stabil sepanjang tahun.
Sampai saat
ini pemanfaatan ubi jalar masih terbatas sebagai bahan pangan yang dikonsumsi
secara langsung, Melalui diversifikasi produk menjadi produk olahan pangan
seperti kue basah, kue kering, keripik dan lain-lain, pemasaran ubi jalar dapat
sedikit diperluas. Akan tetapi, potensi ubi jalar dapat lebih dikembangkan lagi
apabila produk ini dapat diolah menjadi bahan setengah jadi atau bahan baku
bagi industri lain.
Produk-produk
ini lebih memiliki nilai ekonomis karena dapat memiliki umur simpan yang
relative lebih baik dari ubijalar segar atau produk olahan pangan. Selain itu
juga dapat memiliki pangsa pasar yang jauh lebih besar karena dapat
diperdagangkan antar propinsi bahkan sebagai komoditas ekspor. Akan tetapi
untuk dapat mengolah ubijalar menjadi produk-produk ini diperlukan teknologi
pengolahan dan alat pengolah yang tepat.
Beberapa
industri di daerah sentra penghasil ubijalar telah mulai mengolah ubi jalar
menjadi tepung. Tepung ubijalar dapat dimanfaaatkan sebagai bahan baku bagi
pembuatan kue kering, kue basah, mi, bahan aditif dan lain-lain. Pembuatan
tepung ubijalar ini sangat prospektif, mengingat tepung ubijalar dapat
dijadikan sebagai bahan substitusi tepung terigu yang masih merupakan produk
impor.
2.5.1 Tepung Ubi
Beberapa industri di daerah sentra
penghasil ubi jalar telah mulai mengolah ubi jalar menjadi tepung. Tepung
ubijalar dapat dimanfaaatkan sebagai bahan baku bagi pembuatan kue kering, kue
basah, mie, bahan aditif dan lain-lain. Pembuatan tepung ubijalar ini sangat prospektif,
mengingat tepung ubijalar dapat dijadikan sebagai bahan substitusi tepung
terigu yang masih merupakan produk impor.
2.5.2 Proses Pembuatan Tepung Ubi
Proses
pembuatan tepung ubi meliputi:
1.
Pengupasan dan
dipotong-potong seperti keripik (penyawutan)
2. Di
rendam dengan larutan sodium bisulfit
3. Pengepresan
4. Pengeringan
kadar air sampai 12-14%, dapat dilakukan dengan dijemur dibawah sinar matahari
atau menggunakan mesin pengering
5. Sawut
yang sudah kering dihaluskn menjadi tepung menggunakan mesin tepung, kemudian
diayak.
2.6 Strategi dan Kebijakan Produksi Ubi Jalar
Strategi pengembangan produksi ubi
jalar mencakup strategi pada subsistem hulu, subsistem produksi, subsistem
hilir, dan subsistem penunjang. Pengembangan uubi jalar dapat berhasil apabila
didukung dengan kebijakan. Dengan adanya kebijakan diharapkan dapat mencapai
sasaran pembangunan produksi ubi jalar.
Pembangunan
tanaman pangan merupakan tugas yang menantang karena sangat dinamis. Adanya
perubahan iklim dan cuaca akan memicu masyarakat tani bergerak mencari benih,
pupuk dan sarana penunjang lainnya, meskipun itu diluar rencana dan pola
tanam.
Dukungan kebijakan yang diperlukan
antara lain adalah:
1.
Pembinaan organisasi petani dan
keterampilan SDM petani.
2.
Memberikan penyuluhan teknologi inovasi
dan kelembagaan yang berkaitan dengan budidaya, peningkatan produktivitas,
optimalisasi lahan dan pengolahan hasil industri.
3.
Membantu petani ubi jalar dalam
mengakses permodalan, dengan adanya kelembagaan jasa permodalan, seperti
koperasi atau kemitraan yang memberi pinjaman modal kepada petani dengan bunga
rendah tanpa agunan.
4.
Kelembagaan untuk menjamin ketersediaan
dan kualitas benih, perlu dibangun
5.
Dibangunya infrastruktur pertanian
secara umum, seperti pembukaan lahan,
pembuatan jalan dan fasilitas lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut
- Usahatani ubi jalar per hektar per musim tanam mengeluarkan biaya produksi, besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.542.450 dan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 20.350.00 sehingga pendapatan petani dari usahatani ubi jalar adalah sebesar Rp. 12.807.550.
- Dalam pemasaran ubi jalar rata-rata menggunakan tiga saluran pemasaran komoditas ubi jalar, yaitu :
I.
Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer - Konsumen.
II.
Petani - Pedagang Pengumpul - Pedagang Besar - Konsumen
III.
Petani - Pedagang Pengumpul - Konsumen
3.
Besarnya potensi
pengembangan agrondustri tepung ubi jalar merupakan modal dasar bagi
pembangunan agroindustri ubi jalar secara lebih konkrit.
3.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang
dapat diberikan adalah
1.
Petani
disarankan selain sebagai pelaku produksi ubi jalar, petani juga harus berperan
sebagai pelaku tataniaga. Karena hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan
petani.
2.
Petani
sebaiknya selain menjual ubi jalar dalam bentuk bahan baku, petani juga menjual
ubi jalar dalam bentuk yang sudah diolah menjadi berbagai produk jadi atau
setengah jadi, seperti tepung ubi yang dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri, sehingga mempunyai nilai tambah.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmarantaka,
Ratna W. 2009. Pemasaran Produk-Produk
Pertanian dalam Bungai Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Editor Nunung
Kusnadi, dkk. IPB Press Bogor.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis. 2010. Luas Panen, Hasil Dan
Produksi Jagung Kabupaten Ciamis
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran
Pertanian. Penerbit Universitas Muhamadiyah Malang. (UMM Press). Malang.
Lies,
suprapti. 2003. Teknologi Tepat Guna
Dalam Budidaya dan Teknologi Pengolahan Pangan Tepung Ubi Jalar. Penerbit
kanisius. Yogyakarta.
Najiyati,
Sri. 1998. Palawija: Budidaya dan
Analisis Usaha Tani. Jakarta. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana,
Rahmat. 1997. Ubi jalar: Budidaya dan
Pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Taufik.
2011. Analisis Tataniaga Ubi Jalar ( Ipomea Batatas L. ) http://taufikhdayat.blogspot.com/2011/12/analisis-tataniaga-ubi-jalar-ipomoea.html
10 April 2012
Poleng.
2011. Cara Budidaya Tanaman Pangan Ubi Jalar http://budidayanews.blogspot.com/2011/07/cara-budidaya-ubi-jalar.html
10 April 2012
Rinrin, jamrianti. 2007. Usaha Kecil
Menengah Ubi Jalar http://usahakecilmenengah.multiply.com/tag/ubi%20jalar 10 April 2012